Sabtu, 27 Juni 2015

OBSERVASI CINTA ISLAMI

RUBRIK CERPEN PEMBACA:
Suara adzan memecah lamunanku yang sedari tadi mengikat pikiran ini dengan begitu eratnya. "Astaghfirullah..." dan aku tersadar telah membuang waktuku sedari tadi hanya untuk memikirkan masalah ini, dan akhirnya aku langkahkan kaki ini menuju suara adzan tadi, mengambil air wudhu berharap dapat menghapus kebimbangan hati ini. Shaf sholat terlihat masih sepi, dengan penuh harap aku bermaksud mencurahkan segala kegundahan ini ke pada Sang Ilahi. Langkah ku terasa berat dan terus terbayang semua masalahku. Desakan dari kedua orangtua ku untuk segera menikah , tentang studi dan karir yang harus aku korbankan semua itu terasa cukup menyiksa batin dan pikiranku. Satu, dua...dan satu persatu shaf telah terisi, giliran suara iqomah pertanda sholat akan segera dimulai.
oooOOooo




Setelah cukup lama diguyur hujan, suasana sore ini masih terlihat mendung dan masih terlihat genangan genangan percikan air yang menjelma menjadi embun embun kecil yang seakan tak mau lepas dari dedaunan yang mengikatnya, Aku berjalan keluar dari masjid usai sholat dzuhur berjama’ah tadi, cukup lama menunggu hujan reda di dalam masjid dengan tilawatil qur’an oleh beberapa jama’ah ibu ibu.Rasanya saya menemukan kedamaian dalam setiap bacaan ayat ayat yang dilantunkan. Terlepas dari itu pandanganku tiba tiba tertuju pada sebuah pohon yang cukup lumayan besar dengan sebuah tempat duduk, aku bergegas menuju kesana, tepatnya berada di depan masjid tempatku sholat tadi hanya berjarak sekitar beberapa langkah saja. Aku menyandarkan tubuhku di bangku itu sesekali menghirup udara segar dari pohon pohon disekelilingku menikmati indahnya karunia dan ciptaanNya. Daun daun sisa tiupan angin hujan masih terlihat berserakan dibawah ku.
"Observasi cinta.....?", sebuah kata yang aku temukan tanpa sengaja di sebuah kertas kecil di bangku ini. Ya , sebuah bangku kecil tak jauh dari masjid tempatku tadi. Niat hati cuma iseng melihat kertas itu, dan akhirnya membuat rasa penasaranku juga.
"Observasi cinta ku......."
Seperti itulah kiranya kata dalam lembaran kecil kertas yang aku temukan tadi. Tulisan tangan yang rapi dan terlihat bagus ,itulah kesan pertama ku. Tapi ada yang membuat hatiku masih diambang rasa penasaranku."Tulisan siapakah ini? dan apa maksudnya?"
Aku sempat terpikir apakah ini tulisan akhi yang biasa duduk disini? atau kah hanya sebuah kertas kecil yang terbawa angin dan entah siapa yang menulisnya.
Haripun berganti, suasana ramadhan kali ini terasa berbeda, jauh dari orangtua jauh dari keluarga besar dan sahabat sahabat terdekat, dikota ini ditempat ini aku mencoba untuk mengukir suatu kenangan untuk hidupku, mencoba untuk melanjutkan studi yang sempat tertinggal.Kota yang tak terlalu besar namun cukup membuatku tak akan pernah menyesal pernah singgah dikota ini.
Hari ini seperti biasa jadwal ku padat sekali, semua deadline kerjaan kantor satu persatu sudah terselesaikan. Aku mencoba mencari kegiatan baru di sela waktuku. dan akhirnya akupun ikut acara rokhis disebuah pesantren.Awalnya sahabatku Arna yang mengajakku mengikuti acara ini,dan pikirku tak ada masalah juga untuk mengikutinya sekalian menambah ilmu agamaku yang kurasa masih terlalu kurang dari kesempurnaan.
oooOOooo
"New a message..." suara ringtone sms ku terdengar. Short message from usatdzah Aini
"assalamu'alaikum..
Mohon ma'af de'Hanna..hari ini saya sakit dan tidak bisa mengajar kelas rokhis nanti sore. Kiranya de'hanna bisa menggantikan saya. materinya tentang Adab menjaga pandangan seorang muslimah. syukron..
wassalamu'alaikum..
from : ustadzah_Aini"
Ternyata sebuah message dari ustadzah Aini yang tidak bisa hadir dalam acara rohis nanti sore.
"ini beneran? saya yang harus ngisi?" batinku setelah selesai membaca message itu.
"masyaAllah...aku belum persiapan materi sama sekali" kucoba membalas message tadi tapi urung kulakukan karena tak enak hati dengan ustadzah Aini.Dan akhirnya aku memutuskan menerima amanah itu.
Ustadzah Aini seorang wanita yang luar biasa menurut saya,Dia menjadi inspirasi dalam perjalananku memperdalam ilmu agama. Kami sudah sangat begitu akrab semenjak awal pertemuan kami 2bulan lalu.Arna yang mempertemukan kami. Banyak masalah hidupku aku curhatkan ke Umi, Panggilan khususku untuk ustadzah Aini. Beliau sudah seperti ibu ku sendiri, tepatnya ibu kedua ku disini. Beliau seorang pengasuh pondok pesantren tempat ku menimba ilmu di acara rohis. Walaupun intensitas tatap muka kami sangat jarang sekali, tapi komunikasi kami tetap berjalan. solusi solusi yang beliau berikan selalu berlandaskan agama dan saya menjadi lebih yakin menuntut ilmu kepada beliau.
oooOOooo
Dengan bermodal buku buku islami yang aku pinjam dari perpustakaan kampus, aku langsung bergegas menuju acara rohis sore itu. Tak pernah aku segugup kali ini, pengalaman agamaku yang masih dibilang belum ada apa apanya ini , sudah diamanahkan untuk mengisi acara keagamaan. Dari tadi pikiranku bercabang cabang tak tau entah kemana memikirkannya. Dan tiba tiba seorang anak kecil membuyarkan semua ke khawatiranku tadi. Dia menarik hijab lebarku dari belakang dengan lembutnya dan menengadahkan tangan mungilnya. Suasana bus sore itu terlihat sepi dengan lima orang penumpang, segera aku keluarkan lembar uang dari dompet, dan anak itupun langsung pergi dengan senyum yang mengembang.
akhirnya sampai juga ditempat acara disebuah masjid tak jauh dari tempat kost ku. sejalan dua langkah, tiga langkah aku baru tersadar dengan bawaan ku, "astaghfirullah....materi untuk acara rohisku?" aku terus mengecek isi tas ku dan tiba tiba dari arah belakang terdengar suara memanggilku, tapi aku tak begitu memperhatikannya karena masih sibuk membongkar bongkar isi tas.
''ukhty.....apakah ini yang kau cari" dia menyodorkan buku yang aku cari.
"alhamdulillah......terimakasih. aku tidak bisa lama ditempat ini, acara sudah akan mulai. terimakasih akhi" dengan tergesa gesa aku menghilang dari pandangannya. Entah siapa laki laki itu seorang malaikat yang Allah kirimkan kepadaku atau entahlah tapi aku sangat berterimakasih.
acarapun telah selesai dan itu tak seperti yang aku bayangkan semula, semua berjalan dengan lancar. dan aku mendapat pengalaman baru yang tak pernah aku lupakan.dengan langkah penuh semangat karena lega rasanya telah menyelesaikan amanah dari ustadzah aku menuju sebuah kursi. Dan aku buka lagi beberapa materi yang ada dibuku yang telah menolongku tadi, dan aku sempat teringat dengan laki laki itu. Lembar demi lembar aku coba untuk mengulang apa yang telah aku sampaikan tadi dan itu rasanya seperti bukan diriku tadi.tiba tiba aku menemukan sebuah kertas surat didalam buku ini.
"ma'af ukhty.....aku lancang menulis surat ini dibuku ukhty...namaku ilyas, buku ukhty terjatuh didalam bus tadi, alangkah baiknya jika ukhty lebih tidak teledor menaruh barang barang penting apalagi buku ini berisi tentang hadist dan ayat ayat alqur'an sebaiknya engkau jaga denagn baik., buku ini hampir terinjak oleh penumpang bis lainnya"
sebuah surat pendek yang ternyata dari laki laki yang tadi. aku sempat lupa dengannya, dan karena terburu buru akupun belum sempat memandang wajahnya, yang aku lihat hanya tubuhnya yang tinggi berpakaian rapi lengkap dengan jas almameter yang ia kenakan.
"namanya ilyas...." siapa dia aku sangat berterimakasih.
oooOOooo
Suatu hari detengah kesibukan ku mengisi sebuah seminar keagamaan dikampus tempatku menimba ilmu , aku tanpa sengaja bertemu dengan Ilyas. Laki laki yang dulu telah berjasa kepadaku. Dia yang menyapaku terlebih dahulu. Aku sempat tak mengenalinya setelah kejadian itu aku benar benar lupa karena akupun tak sempat memandangnya kala itu.
“ukhty….apa kabar?” begitu seraya dia menyapaku.
“Bukankah ukhty yang waktu itu bukunya tertinggal di bus? ….” Dengan nada yang cukup penasaran dia mencoba coba untuk mengingatkanku.
“aku Ilyas..ukhty…, buku ukhty yang tertinggal di bus kan? Kalau tidak salah judulnya itu ..hmmm..cara menjaga pandangan? benarkah”
“syukron mas Ilyas..kemarin saya belum sempat berterimakasih sama mas ilyas” Jawabku merasa bersalah juga berhutang budi kepadanya kala itu.
Berawal dari pertemuan itu aku baru tau kalau Ilyas adalah seorang mahasiswa semester akhir kala itu yang sedang menyelesaikan skripsinya. Dia mengambil jurusan hukum internasional disebuah universitas di kota ini. Walaupun dia mengambil fakultas hukum namun kepribadiannya tak lepas dari nilai nilai agama, itu yang membuatku salut, seorang laki laki yang penuh tanggung jawab terlihat jelas dari sikap dan tutur katanya. Tapi semua itu aku tepis karena pertemuanku dengan Ilyas juga bisa dibilang terlalu singkat dan tidak tau kapan kita akan bertemu lagi.
Satu minggu setelah pertemuan kami di acara seminar, aku mendapat sebuah surat , Surat yang bertuliskan namaku dipojok kanan atas, tulisan tangan yang begitu rapi dan seperti tidak asing bagiku.
“Assalamu’alaikum …d’Hanna…
Ma’afkan saya lancang menulis surat ini , sejak awal pertemuan kita , aku sangat kagum kepadamu, engkau adalah wanita yang sempurna , aku mengagumi akhlaq mu karena Allah.
Bismillahirrohmanirrohim….dengan kesungguhan hatiku ijinkan aku untuk meminangmu han, seminggu setelah surat ini aku akan membawa kedua orangtuaku menemui keluarga mu untuk menentukan tanggal akad kita.
ILYAS.
Air mataku jatuh seketika membaca surat itu, aku langsung bersujud syukur kepada sang ilahi, pertemuan yang begitu singkat dan tanpa disengaja itulah ternyata takdir cintaku yang Allah hadirkan dengan cara yang begitu indah. Dari sebuah sobekan kertas yang tak sengaja aku temukan dan ternyata tulisan itu adalah tulisan mas Ilyas, dan juga pertemuan diseminar yang kamipun tak sengaja bertemu, Allah lah yang mempertemukan kami. Semua masalah kebimbangan hatiku terjawab sudah , doa doaku disetiap sujud malamku Allah balas dengan luar biasa. Kini aku tau bahwa takdir yang Allah tuliskan itu sudah Allah rancang begitu rapi dan begitu indah untuk hambanya.
Dan akhirnya aku bisa membuktikan kepada kedua orangtuaku bahwa study dan karir ku tak menjadi penghalang jodohku, Menjadi wanita muslimah yang berpendidikan tinggi serta berkarir dan tetap memegang prinsip prinsip syariat dalam agama justru membawaku dalam dunia luar yang menuntunku untuk berubah menjadi seorang muslimah yang lebih baik, pertemuanku dengan ustadzah Aini salah satunya, yang telah membuka jendela pandangku tentang ajaran islam, banyak yang aku petik dari setiap masalahku, Kini aku bahagia dengan hidupku , membuka lembaran baru dengan suami ku mas Ilyas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar